UN tetap ada, apa ditinggalkan saja

Kabar UN dimana-mana terjadi kebocoran, yang membocorkan pun orang yang tak jauh dari dunia pendidikan, Dari mulai kunci jawaban palsu, bocor soal, sms, sampai lari ke dukun dll. Pada tulisan saya yang kemarin ?
 Mungkinkah daerah pedalam bersaing dengan jakarta. dilihat dari berbagai sudut padang pasti tidak bisa disamakan

Jika pemerintah membuat standar nasional nilai patokan apa yang di ambil di Jakarta disamakan daerah pedalaman, semua orang pasti bisa jawab siapa yang lebih unggul. Jika pemerintah seperti ini terus ngotot standar nilai harus sma, jawabanya pasti UN sampai kapan pun hasilnya tidak bisa murni karena didalamnya banyak kepentingan . Dan pendidikan di negara Indonesia akan semu.



Masalah kelulusan pun banyak problem, Siswa yang sudah belajar 3 tahun akhirnya dihukum oleh waktu 120 menit. Saya ada tanya ke beberapa siswa pada hari pertama banyak yang grogi, takut gak lulus. Secara psikologi anak-anak sudah kalah dulu sebelum menghadapi UN. Belum lagi yang sakit dalam belajar perjalanan jauh dan lain sebagainya.

Menurut saya ini yang awam , UN itu memang tetap harus ada tetapi masalah kelulusan serahkan ke sekolah masing-masing. Sekolah lebih tahu dan mengerti permasalahan yang terjadi disekolah.
Kembali lagi UN tetap ada tapi bukan dijadikan Standar nilai nasional. Hasil Nilai UN yang murni dijadikan peta bahwa didaerah-daerah mana yang perlu perhatian lebih serius. Negara indonesia ini beribu-ribu pulau jadi wajar jika banyak daerah yang memang masih kurang dan perlu perhatian serius.

Memang tulisan ini tidak akan dilihat oleh pihak terkait, tetapi paling tidak masyarakat bisa berfikir secara jernih membaca tulsan ini

17 komentar:

  1. klo sistem pendidikannya bagus dan dijalankan secara serius ku yakin UN tidak akan jadi beban...malah siswa terpacu untuk belajar, yang ada sekarang semua orang malah paranoid ma UN...

    BalasHapus
  2. Jika Dibandingkan Standar Kelulusan Pendidikan dg Negara Lain, Indonesia dg Standar Kelulusan 5 koma masih terlalu rendah dg negara lain yang mematok angka 7...Di tambah sistem pendidikan kita yang sepertinya sangat memprihatinkan...Sementara yang beberapa orang yang mempunyai nilai kecerdasan malah tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan....Dan perhatian pemerintah sangat di perlukan..

    BalasHapus
  3. Standar pendidikan daerah satu dengan daerah lainnya harusnya tidak sama, kecuali systim dan sarana prasaranya sekolah sudah sama. salam

    BalasHapus
  4. itulah anehnya .. :) tapi lenih aneh lagi klo UN di tiadakan.. secara konseptual UN memang baik untuk menguji kompetensi siswa/siswi karena ujian itu pasti ada (Tuhan aja memberikan Ujian hehe)
    semua kmbali pada diri siswa masing bagaimana menyikapinya dan mengenai kemurnian hasil ujian sebenarnya itu bisa terjadi tanpa adanya bocoran soal (inilah salahnya sdah di suapin duluan sebelum makan) jadi yaa bagaimana mau murni (kita kembalikan kpada sportifitas masing2 deh hehe)
    salam kenal :)

    BalasHapus
  5. hmm.. kalau mengenai masalah ini , saya juga bingung :D hihih

    BalasHapus
  6. wah bisa kita tinggalkan saja mending kita serahkan pada guru2 masing2 sekolahan karena lebih mengetahui bakat kita kelak..,,..,!!

    BalasHapus
  7. kalau ane lebih setuju UN ditiadakan, MK sudah meminta UN ditiadakan tapi pemerintah (diknas) memaksakan ada, masih mending kembali ke zaman dulu waktu masih ebtanas, nilai 0 pun lulus..Pilih mana, manusia yang berusaha untuk bisa tapi jujur, atau disebut hebat, cerdas, pintar dapat nilai sampai 10 (karena dapat bocoran padahal bego alias tidak bisa apa-apa) tapi tidak jujur alias keblinger. Indonesia tambah banyak saja orang ngaku sok pinter tapi malah minteri (berbuat culas, kolusi, korupsi, dsb). Tanpa sadar sistem UN ini akan mencetak generasi keblinger..sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia berubah..UN harus dikaji lagi..kalau malah membawa banyak mudhorot ngapain harus dipertahankan !!!

    BalasHapus
  8. @myone1way; @Taman Sambas;@ Thanjawa Arif ;@ Jasa Pembuatan radio streaming: oke sama saya setuju juga pendapat anda
    @Joni-joni-joni: sekarang memang dilematis masalah UN, tapi saya tetap setuju ada UN juga tapi kelulusan sekolah yang menentukan, UN sebagai pemetaan pendidikan saja daerah mana yang kurang perlu perhatian
    @dkma ;@ sichandra : thanks atas komentarnya

    BalasHapus
  9. wah.....Jikalau UN di tiadakan, bagaimana utk mengukur tingkat kualitas Siswa? Nyontek tidak nya tergantung pihak2 yg bertanggung jwab dalam menangani kecurangan...toh tidak semua kog ada yg nyontek....dan kebanyakan orang sudah tidak percaya akan kebocoran jawaban...

    BalasHapus
  10. waduh....kalo UN di tiadakan kira2 apa ya yang akan terjadi.....ada pro dan kontra mengenai ini

    BalasHapus
  11. secara teoritis UN memang baik tuk dilakukan..yang jadi permasalahan mungkin dalam pelaksanaannya..saya lebih condong agar lulusan tetap diserahkan pada pihak sekolah.karena mereka yang lebih paham ttg siswa/inya dibandingkan pemerintah yang cuma bisa pukul rata. Thn ini pemerintah tlh bersikap lebih bijak dgn memberikan kesempatan pada pihak sekolah tuk trt serta dalam penentuan kelulusan...cuma sayangnya masih ada kata-kata siswa dinyatakan lulus bila mereka lulus nilai UN..shgg menjadi sangat kontradiktif dgn kebijakan pemerintah sendiri....

    BalasHapus
  12. @ anonim; UN tidak beda jauh sama ebtanas, cuma beda baju saja. jadi menurut saya UN tetap ada kelulusan 100% ditangan sekolah. jika diterapkan maka hasil UN insya allah bisa dikatakan murni. jika sekarang pemerintah masih pegan 60% sekolah 40% . jadi hasilnya tidak jauh berbeda
    @taman sambas; oke setuju
    @ obat sakit 2011; oke setuju dengan catatan
    @ Diari Hati Seorang Pria : biasa saja masalah seperti itu
    @kelulusan ditangan sekolah

    BalasHapus
  13. setuju sob, kelulusan diserahkan ke sekolah masing-masing. karena sekolah yg mengetahui kemampuan siswanya.

    BalasHapus
  14. Kalau saya yang ditiadakan adalah pemakaian parameter UN untuk kelulusan lebih besar daripada penilaian sekolah. Ujian tetap ada sebagai sarana evaluasi. Dan kelulusan tetap ditangan sekolah sajalah. Gitu aja kok repot he he. Standarisasi bukan dimaknai menyamakan standar kelulusan UN saja kan? tetapi bagaimana caranya agar sekolah di Indonesia memiliki standar kualitas yang sama juga jangan dilupakan. Jadi nanti gak ada sekolah paporit dan non paporit. Semua sama-sama paporitnya.

    BalasHapus
  15. Salam Pendidikan!Kalo guru yah ngajar...mslah UN urusan pemerintah...UN selalu curang,apa lagi yang didaerah pelosok.peluang curang lebih dari sekolah yang ada di kota.Karena menutupi kekurang sarana belajar.

    BalasHapus

Membuat perangkat USB bootable dengan mudah

Rufus adalah alat yang membantu untuk memformat dan membuat perangkat USB flash menjadi bootable, seperti flashdisk, kartu memori, dll. Rufu...